Definisi Psikologi Sebagai Ilmu

Secara etimologi (bahasa), istilah “psikologi” berasal dari Bahasa Yunani “psyche” yang berarti “jiwa” dan “logos” yang bermakna “ilmu”. Dari asal kata tersebut,  secara literal “psikologi” dapat diartikan sebagai “ilmu jiwa”. Tatkala ingin diartikan sebagai sebuah ilmu, penggunaan frase “ilmu jiwa” sebagai padanan kata “psikologi” agaknya menjadi permasalahan. apalagi ketika frase ini merujuk kepada “jiwa” sebagai objek kajian ilmu ini, mengingat bahwa jiwa dipandang  sebagai sesuatu yang masih terlalu abstrak. Ilmu pengetahuan menghendaki bahwa yang menjadi objek kajiannya adalah entitas yang dapat diamati, dan dicatat dan diukur. Tuntutan ini menggeser objek formal ilmu psikologi menjadi studi yang membahas tentang perilaku, karena perilaku (sebagai manifestasi keadaan jiwa) dianggap lebih mudah untuk diamati, dicatat dan diukur. Meskipun demikian, penggunaan istilah “perilaku” ini kemudian diperluas tidak hanya meliputi perilaku  yang “kasat mata” seperti : makan, tidur, tertawa dan sebagainya, namun juga meliputi perilaku “tidak kasat mata” seperti : motivasi, persepsi, fantasi, berpikir, dan sebagainya. Sebagai contoh, objek kajian psikologi bukan hanya membahas mengenai apa itu “tidur”, namun mencakup kajian “mengapa tertidur” dan “apa yang terjadi saat seseorang tertidur”.
Untuk jauh lebih memahami hakikatnya, para ahli psikologi didefinisikan ilmu psikologi sebagai:
  1. Ernest Hilgert (1957) dalam bukunya Introduction to Psychology, menuturkan bahwa "psychology may be defined as the science that studies the behavior of men and other animal" (psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya).
  2. George A. Miller (1974) dalam Psychology and Communication, menyebutkan “psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and bevarioral events” (psikologi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku).
  3. Clifford T. Morgan (1961) dalam buku Introduction to Psychology, mendenisikan “psychology is the science of human and animal behavior (psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan).
  4. Robert S. Woodworth dan Marquis DG (1957) dalam bukunya Psychology menjelaskan “psychology is the scientific studies of individual activities relation to the environtment” (psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku  individu dalam hubungna dengan alam sekitarnya).
  5. P. Chaplin dalam kamus Dictionary of Psychology menuliskan bahwa psikologi merupakan “...the science of human and animal behavior, the study of organism in all its variety and complexity as it repond to the flux and flow of the physical and social events which  make up the enviroment” (ilmu pengetahuan mengenai perilaku, manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika merespon arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa sosial yang mengubah lingkungan).
Dari pendapat ahli di atas terlihat bahwa belum ada kesepakatan yang jelas mengenai cakupan dan wilayah kajian dari ilmu psikologi. Namun, terlihat bahwa ahli di atas mengungkapkan kesamaan bahwa ilmu psikologi menjadikan perilaku sebagai objek kajiannya. Beberapa ahli beranggapan bahwa psikologi hanya fokus pada perilaku yang tampak saja, sementara yang lain tidak mengabaikan peristiwa-peristiwa mental yang tak tampak. Dengan ilmu psikologi, sebagian ahli ingin meramalkan apa yang akan dilakukan seseorang di kemudian hari, sebagian lainnya ingin melakukan intervensi perilaku. Terlepas dari perdebatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendapat Miller (1974) tersebut di atas merupakan definisi yang dianggap paling komprehensif karena dapat mewakili semua definisi dari tokoh-tokoh lain di atas.
Untuk menguraikan psikologi sebagai sebuah ilmu, maka digunakan rujukan yang umum digunakan untuk menyatakan sesuatu sebagai ilmu, yaitu:
  1. memiliki objek kajian
  2. mempunyai metode tertentu
  3. sistematis, dan;
  4. universal
Setiap bidang ilmu, harus memiliki dua objek kajian, yaitu objek material dan objek formal. Objek material berhubungan tentang sesuatu yang dibahas, dipelajari, atau diselidiki (Sastropoetro: 1987), sementara objek formak adalah sudut mana dari objek material tersebut yang dijadikan titik sorot (Poerdjawijatna, 1991). Sebagai suatu ilmu, psikologi menjadikan manusia sebagai objek materialnya dan tingkah laku manusia sebagai sudut pandang keilmuannya (objek formal).
Berbeda dengan ilmu lain yang  juga mengkaji manusia, psikologi berusaha mempelajari manusia bukan sebagai objek kajian murni, namun lebih melihat manusia dalam sisi kemanusiaannya sebagai subjek yang dinamis dengan segala aktivitas dan pengalaman yang telah dilaluinya. Metode inilah yang menjadi corak khusus  yang digunakan dalam kajian psikologi.
Sistematika merujuk pada bagaimana pembagian dan pembidangan yang dilakukan di dalam ilmu psikologi. Secara sederhana, psikologi dapat dibagi ke dalam dua jenis; psikologi teoretis dan psikologi praktis (terapan). Psikologi teoretis adalah psikologi yang berdasarkan teori dalam menggambarkan atau mengaitkan pola-pola perilaku yang ada. Psikologi teoretis dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu psikologi umum (psikologi yang mempelajari, menguraikan dan menyelidiki aktivitas psikis manusia secara umum), dan psikologi khusus (yang mempelajari perilaku dalam situasi atau setting yang khusus). Sementara psikologi terapan merupakan kajian psikologi yang digunakan dalam keperluan untuk memecahkan masalah kehidupan atau yang berkaitan dengan perilaku individu.
Nilai-nilai universal yang ditunjukkan kajian psikologi merujuk pada penggunaan dalil, definisi, atau aksioma yang berlaku secara umum. Sebagai sebuah ilmu, psikologi harus mampu menguraikan perilaku manusia secara umum, namun tetap mempelajari manusia sebagai entitas yang memiliki kepribadian yang unik. Selain itu pula, untuk menjaga prinsip-prinsip universal tersebut, psikologi harus dapat dikomunikasikan kepada siapa saja yang ingin mempelajarinya, bukan sesuatu yang hanya bisa diuraikan dengan bahasa teknis yang hanya dimengerti oleh para ahlinya.
Berdasarkan tinjauan di atas, meski masih terdapat perbedaan pendapat karena sudut pandang yang berbeda, pada prinsipnya psikologi dapat digolongkan sebagai ilmu yang telah berdiri sendiri. Perbedaan tersebut merupakan sesuatu yang lumrah mengingat bahwa psikologi merupakan disiplin ilmu yang relatif muda dibandingkan cabang ilmu lainnya. Oleh sebab itu, psikologi harus terus diverifikasi oleh semua penelitian ilmiah lainnya agar psikologi semakin mapan dan kokoh sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengkaji manusia dari sudut pandang perilaku.

Comments

Popular posts from this blog

Masihkah Bermental Inlander?

Refleksi dan Resolusi Tahun Baru 2025

Belajar Dari Negeri Tetangga